Thought

Tersesat di Jalan Yang Benar

Saya mendengar ini dari ngendikan beliau Prof Didi Achjari di pidato pengukuhan guru besar FEB Universitas Gadjah Mada, 2022 lalu. Honestly, we do lost in ‘the right path’, dont we? Jalan yang kita lalui sekarang, adalah kepastian dari segala kemungkinan yang dapat diterawang di masa lampau. Termasuk dalam kemungkinan itu adalah ketidak-nyambungan upayamu dengan takdirmu hari ini.

Hidup yang baik adalah hidup yang tersyukuri. Kurasa itu pesan yang saya tangkap dari beliau, mamaknai frasa itu. Berbuat, berencana terbaik karena kita telah diberikan akal, adalah hal yang benar. Tapi akalmu itu, terlalu dirimu andalkan kadang-kadang. Ndakik-ndakik. Biasa wae.

What are you doing ? With everyday goes by, your span of life is getting shorter. Either you put attention to it or not, it’s just it. It runs anyway. You are closer inch by inch to your end game.

Dan by the way, Pemilik game-nya bukan dirimu. Jadi terserah Dia. Ibarat permainan catur, Kuda bisa lompat kesana kemari sebahagianya, tidak harus L. Benteng dan Gajah bisa saja kena limitasi gerakan seperti gerakan Raja – satu petak ke segala arah. Bidak juga mau dimundurin, mundur juga akhirnya. Terserah Dia mah, bebas.

Analogi catur ngremehin banget sih jan-e. But anyway, just submit yourself would you? and try to have some faith in Him.

Manajemen Proyek · Organization · Project Management · Shares · Thought

Pe.ru.ba.han

Photo of Change
Photo by Ross Findon on Unsplash

PM. lets talk a bit about change. Perubahan, kata kita. 

Perubahan itu diperlukan untuk tetap relevan terhadap lingkungan bisnis (any kind of matter, alias semua hal). Relevansi ini terkait dengan menjadi responsif atas kebutuhan para pengguna dan para pemangku kepentingan. Perubahan adalah tantangan mendasar setiap organisasi. Ini tentang secara terus-menerus mencoba mengevaluasi giat-giat Anda, merespons cepat atas perubahan yang terjadi, dan idealnya menjadi agen perubahan. Untuk mensukses-kan agenda itu, setiap organisasi butuh Change Management. Dalam konteks Project, Anda butuh Project Change Management. Basically the same.  

Apa itu Change management ? Pendekatan yg terstruktur, menyeluruh, guna membantu individu / grup / organisasi bertransisi dari satu keadaan ke keadaan baru yang diinginkan. 

Kenapa butuh Change Management ?

  1. Perubahan bisa berasal dari pengaruh/demand internal atau eksternal. Could be sudden
  2. Mengimplementasikan perubahan selalu ada tantangan. Setiap orang berbeda dalam kemampuan merespons itu.
  3. Mencoba mengimplementasikan perubahan yang terlalu banyak dalam waktu singkat dapat memicu change-fatigue dan resistensi.  

Lalu apakah Project Change Management sama dengan Project Change Control? BEDA. Project Change Control itu mengidentifikasi + mendokumentasikan perubahan di artefak project (dokumen, deliverable, baseline), LALU memutuskannya (diterima/tidak). Project Change lebih absurd, acapkali lebih stratejik.

Engagement yg mulus dan barangkali pendekatan yg motivasional dapat digunakan Project Manager untuk memudahkan adopsi hal baru tersebut. Again, sifatnya assist-ing. Kuncinya di pendekatan yang menyeluruh dan terstruktur. *enak ya ngomongnya lol

Change, to aim a desired benefits. Change, to make things better. Do it gradually.  

ecampuz · Manajemen Proyek · Project Management · Shares · Thought

a Lifetime Fan of Project Management

Photo by Anthony DELANOIX on Unsplash

Saya tidak betul-betul ingat kapan kali pertama bersentuhan dengan dunia Project Management ini, honestly.  Memahami makna Project sebenarnya, bisa jadi sebenarnya sedari Sekolah Dasar, udah-an saya mengalami-nya, mungkin Anda juga (mari kita diskusikan project receh pas jaman SD di kolom komentar ya ^^). Recall lagi, secara cepat, ketika berbicara mengenai Project Management, ada 3 hal yang langsung pop up (versi saya):

  • Sementara. Berbatas waktu. 
  • Menghasilkan produk unik, bukan repetisi.
  • Risiko

Kalau pop-up nya kalian berbeda dengan saya, feel free untuk berkomentar dah (hehe). Dan sah aja berbeda, karena spektrum atau area pengetahuan dan peta prosesnya sangat luas. Best practises yang dirangkum Project Management Body of Knowledge (PMBOK) saja, barangkali kita hanya gunakan 20%-30% kontennya saja selama ini dalam Project Management. Kemana 70%-nya? Ya belum dibutuhkan saja, karena ruang lingkup pekerjaan, stakeholders, dan kompleksitas produk, sumber daya, semua itu dalam porsi yang kecil. Konteks dan kontennya tidak membutuhkan PM untuk menggunakan PMBOK secara penuh, dan itu bukan isu sama sekali.

Kenal dengan PMBOK
Kepala ICT UNAND kala itu di 2005, Dr.-Ing. Mulyadi Bur (sekarang beliau Profesor), dan mas Indra Pramudiana, PMP selaku Head of Academic Affairs SSE pada tahun 2009. 2 nama ini yang membuat saya eager doing a good practise of Project Management, dengan cara pengajaran, level tekanan dan stress-nya masing-masing. Hingga akhirnya saya mengenal PMBOK dan mulai serius sejak itu belajar sedikit demi sedikit, hingga memutuskan menempuh sertifikasi internasional Project Management dan Project Risk Management dari PMI. I am becoming a Fan, ever since. Huge one.
Saya belajar banyak hal selama bertahun-tahun berhubungan dengan kedua sosok ini terutama di field Project Management, dan ada 4 hal ini yang saya extract dari beliau, semoga dapat menjadi pelajaran Anda juga yang sedang membaca tulisan ini. 

  1. Ketenangan, dan betapa pentingnya kepala dingin. Dalam tekanan tertinggi pun, terutama dalam situasi sebuah Project, latih-lah diri Anda untuk tetap tenang. Cari cara yang paling pas untuk diri sendiri untuk mendapatkan kepala dingin tersebut. Jangan berkata dan berbuat apapun ketika Anda dalam keadaan emosi yang labil. Butuh latihan terus-menerus. Prof Mulyadi suka sekali tenis dan mendaki. 
  2. Asertif, dan people management. By time, seorang PM akan menghadapi skala project yang makin menantang (harusnya). Gak ada urusan apakah seorang PM sejatinya berkepribadian introvert akut (misal), find a way untuk hempaskan sementara insecureness itu dan jadi-lah seperti James Bond, mencari keberanian (entah dari mana) doing people management – took 100% responsiblity on that area – don’t wait things happen, instead make things happen. Mas Indra had demonstrated that skill plenty of times, fearlessly.
  3. Life is your biggest project. Anda dapat mendebat kalimat ini, tapi pada intinya, saya belajar dari Prof Mulyadi Bur untuk lebih merencanakan hal-hal, tidak semata mengalir begitu saja. Mulai dengan berani melihat apa potensi diri, mengakui kelemahan diri dan batasan-batasan yang ada, menetapkan tujuan-tujuan, menyusun waktu dan merencanakan orkestrasinya dengan sumber daya yang dimiliki, serta berusaha disiplin dalam eksekusi. Saya sempat bertanya ke diri sendiri, semisal lalu ada change requests, Change Control Board (CCB, yang memberikan approval) – nya siapa lalu? Hehe. Mungkin itu penting-nya menjaga hubungan baik (baca: progress report, reguler) dengan Tuhan Anda. CCB hidup Anda ya Beliau itu.
  4. Cheer up, dan selalu-lah bersyukur. Bank Alasan tidak akan pernah kehabisan saldonya kalau sudah berbicara tentang mensyukuri Sang Pencipta. Tuhan, Dia tidak membutuhkan makhluk fana seperti kita ini, tapi faktanya memutuskan untuk menghadirkan kita di dunia dan memberi kita rizki. Come on… Perspektif ini cukup untuk membuat kita agar selalu bersemangat, karena harusnya pasti ada jalan… somehow, someway, entah gimana caranya.  

Semoga Tuhan selalu mencurahkan limpahan kebaikan untuk guru-guru saya dan guru-guru kita ya, yang dari mereka kita selalu belajar dan menimba ilmu. Salam Project Management! Design your life wisely.. 

General · Thought

Fear

oliver-schwendener-145299-unsplash.jpg

Photo by Oliver Schwendener on Unsplash

Co-founder Westnomic             : Kak, gimana ini. Ga pede presentasi pitching. Saya itu gak bisa ngomong.

Saya                                              : Lha ini kita ngobrol *sambal nyengir 😀

Westnomic                                  : Kan ngobrol kak. Nanti kan paparan. Saya introvert tulen Kak..

Saya                                              : Sama. Ditawari buku+kopi atau ngomong di stage, pilih yang pertama og diriku. Saya lebih parah juga, pakai gagap pula.

Westnomic                                  : Ga mungkin Kakak gagap. Ini ngomong lancar.

Saya                                              : Dilatih Mbak. Pitch 5 menit memang pendek, tapi jaga artikulasi, pastikan efek circular economy di slide-mu, terkomunikasikan baik ke juri. Itu yang punya potensi.

Westnomic                                  : Aduuh gimana ini? Semoga Westnomic dipanggil terakhir.

Saya                                              : Tak doain kamu jadi yang pertama dipanggil mas Alex. Kokean odah aduh kowe ik. Entuk mburi po ngarep podo ae. Rasakke, sing penting nikmati. *nyengir

Habis itu tak tinggal ngobrol dengan beberapa kawan mentor. Paparan Westnomic lancar, sangat cepat bahkan. 2 menit, 11 slide itu dilahap. Buanter e pol. Tapi jadinya, judges jadi punya lebih banyak waktu untuk bertanya dan mengelaborasi rencana Westnomic selanjutnya. Di pengumuman hasil pitching, Westnomic masuk dalam pilihan mentors IA untuk bisa go-through ke stage berikutnya.

See? Lancar tho?

For most of the time, Fear is just a story we tell to ourself. It becomes reality when our mind start believing it.

Thought

MasyaAlloh, apa sih bagusnya sinetron!?

Saya selalu saja tidak habis pikir, bagaimana mungkin hampir semua channel TV swasta nasional selalu menayangkan sinetron di kala prime time di hampir sepanjang minggu. Saya dan istri selalu sepakat, bahwa channel TV yang menyenangkan untuk ditonton hanyalah Metro TV dan tvOne. Nanny 911, Oprah, dan Kick Andy adalah beberapa acara yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Anyway tadi malam, saya mendapati acara yang menarik di tvOne. Jam 19.00 ada Debat Partai, dilanjutkan dengan Telusur, dan kemudian Apa Kabar Indonesia Malam. Kami terlibat di dalamnya, berdiskusi tentang tema yang sedang dibahas di acara tersebut, dan inilah yang menyenangkan!

Di Debat Partai misalnya, PDS dan PBB berdebat tentang layaknya konsep syariah di-leverage ke dalam konsep bernegara. Islam adalah sistem, sebuah tatanan, dan membawa rahmat bagi alam, dan selayaknya lah sistem di Indonesia ini disandarkan pada syariah Islam. Itu yang dikatakan PBB. Debatnya yang seru, dan secara tidak sadar, eh.. akhirnya saya juga ikutan berdebat dengan istri. Hehe.

Di Apa Kabar Indonesia Malam, diulas tentang debat ke-3 Obama vs. McCain yang kemarin berlangsung, tentang policies yang mereka usung dan kans memenangi pemilu Amerika 4 Nov mendatang. Saya kebetulan aktif mengikuti kampanye Barack dan juga menjadi member di barackobama.com. Seru juga ya ternyata debatnya. Well, if I were an american, I would definitely choose Obama. 😉

Last but not least, keprihatinan banyak orang tentang dampak TV memang makin menjadi saja. Kekerasan, pertengkaran, kata-kata kotor, dan banyak sikap lainnya, dapat kita lihat di kebanyakan sinetron. Lebih parah lagi, gak sungkan-sungkan ditayangkan di jam belajar masyarakat.. MasyaAlloh, apa sih bagusnya sinetron!? Yang membahayakan adalah dampak tayangannya pada anak-anak kita. Anak-anak adalah peniru yang luar biasa, dan orang tua harus selektif tentang beragamnya program TV supaya anak mereka gak nyleneh besok-besoknya. Yaah, semoga saja TV swasta dapat membuat program-program tayangan yang lebih aman.

Thought

Time Flies

Mengingat masa-masa lalu dan mendapati kaki ini berpijak di kekinian dengan segala capaiannya, benar-benar hanya seperti kedipan mata. Tidak peduli seusang apa momen masa lalu yang saya ingat, hidup ini memang berjalan cepat. Malah barangkali sangat cepat ya.

Izzah, putri saya, sudah 1 tahun sekarang usianya. Sudah bisa berkata ‘Ayah’, sudah bisa jalan cepat kesana kemari, membanting termos dan mencoba menyobek buku bacaan ayah dan ibunya. Wew. Amazing. Lalu saya coba mengingat masa-masa kecil saya, momen-momen pertumbuhan hingga masuk kuliah, ah.. hidup ini memang singkat. Rasanya baru kemarin saja saya married, sekarang sudah ada Izzah.. Mungkin ketika pernikahan Izzah nanti, saya akan mengingat momen ini, ketika Izzah masih 1 tahun dan lagi senang-senangnya belajar berjalan. Hehe.

Time does fly, isn’t it?